Cerita Tiang Mesjid yang Keluar Air

Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh 
BAKATRAYA - Ini bukanlah cerita fiktif yang hanya imajinasi seseorang, tetapi ini kisah nyata pernah terjadi disebuah Mesjid. Sampai sekarang masih ada saksi hidup yang dengan setia menjaga Mesjid tersebut. Orang itu kerap disapa dengan Tgk Bileue Mesjid yang sudah uzur dan kulitnya yang sudah keriput tetap saja dengan setia merawat Mesjid itu.

Kisah ini turun temurun terus diceritakan secara oral pada anak-anak cucu warga desa setempat. Sampai sekarang belum satu pun yang membukukan kisah-kisah yang berbau mistis tersebut.

Saat Peserta Jelajah Budaya 2012 menyambangi Mesjid tersebut, beberapa tokoh masyarakat dan juga Tgk Bileue Mesjid dengan setiap menjelaskan satu persatu kisah Mesjid itu. Meskipun hanya memiliki waktu yang sangat singkat, namun memiliki arti tersendiri mendengar kisah Mesjid yang dianggap keramat oleh warga setempat.

Kisah seperti ini sangat sulit ditemukan di sejumlah daerah lainnya, namun Aceh Selatan masih menyimpan kisah-kisah kearifan lokal yang patut dilestarikan. Karena kearifan ini menjadi identitas peradaban suatu Bangsa. Hilangnya identitas, maka hilanglah kebudayaan khas suatu daerah dan apabila kehilangan budaya dan adat itu tidak ada bekasnya. Oleh karena sudah sepatutnya adat dan budaya itu harus dilestarikan dan dirawat dengan baik.

Bayangkan saja, Mesjid zaman penginggalan nenek moyang tersebut yang terletak di desa Pulo Kambing Kecamatan Kluet Utara itu menyimpan sejumlah misteri. Misteri yang sampai sekarang belum terungkap keluarnya air disalah satu tiang yang ada dalam Mesjid Nurul Huda itu.

Masjid terbuat dari kayu yang memiliki empat tiang terlihat unik dan bersih. Pasalnya ada sedikit yang sudah berubah akibat didalam masjid sudah dipasang keramik. Sehingga mengurangi keasliannya. Namun secara umum Masjid ini masih seperti dulu kala, namun hanya ada beberapa kayu yang diganti akibat dimakan usia. Termasuk atap sudah digantikan dengan seng, karena atap lama sudah tidak layak pakai lagi.

“Dulu disini keluar air,”jelas Zamran Pemandu dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Olah Raga Aceh Selatan pekan lalu.

Dari tiang mesjid yang keluar air itu kerap sekali warga menggunakan tempat melepaskan nazar. Biasanya warga membawa anak-anak untuk dimandikan di salah satu tiang yang keluar air tersebut. Masyarakat setempat percaya bahwa air yang keluar itu memiliki khasiat dan air suci. Karena keluar dari sela-sela salah satu tiang mesjid, dimana umat Islam mesjid merupakan tempat yang skral untuk menyembah kepada Allah Swt.

Tak hanya itu, masjid ini tertata rapi dan bersih. Ini juga berkat salah seaorang Tgk Bileue Mesjid yang setia setiap harinya merawat mesjid peninggalan zaman dulu.

Perkara keluar air di salah satu tiang mesjid itu dibenarkan juga oleh Tgk Bileue tersebut. Bahwa memang di salah satu tiang tersebut ada keluar air dulunya. “Disini dulu keluar air, saya melihat langsung dulu,”kata Tgk Bileue.

Sungguh sangat disayangkan, akibat ulah manusia sendiri air tersebut sekarang tidak keluar lagi disela-sela tiang itu. Padahal ini situs sejarah yang patut dijaga dan dirawat. Kalau pun ada perbaikan dan direhab masjid tersebut, tetapi jangan sampai merusak situs sejarah yang sangat langka tersebut.

Tak pelak, akibat dari kecerobohan manusia sendiri, sekarang air tersebut tidak keluar lagi melalui celah-celah tiang Meskipun ada dibuat semacam tempat penampungan air disekeliling tiang itu. Namun tetap tidak lagi memiliki nilai keasliannya, karena sudah terpasang keramik.

“Sejak keramik dipasang, air gak keluar lagi,”ungkap Tgk Bileue Mesjid.

Sekarang tinggalah kenangan manis yang pernah dimiliki oleh Mesjid Nurul Huda itu. Kenangan tersebut sekarang menjadi cerita rakyat yang selalu menceritakan pada anak cucu mereka.

Meskipun air tidak lagi keluar dari tiang masjid tersebut, warga masih saja percaya memandikan anak-anaknya disitu memiliki berkah tersendiri dan masih banyak juga warga melepaskan nazar di mesjid itu. Hampir setiap hari Jumat ada saja warga yang berdatangan hanya sekedar bernazar dan memandikan anak-anak mereka.

“Sejak tahun 1998 tidak lagi keluar air disini karena dipasang keramik, namun tetap masih ada yang bernazar disini,”jelas Tgk Bileue.

Masjid Nurul Huda ini tetap saja masih dianggap keramat oleh warga setempat. Banyak masih percaya bahwa Mesjid ini merupakan peninggalan zaman yang memiliki nilai mistis tersendiri.

Saat peserta Jelajah Budaya 2012 bertanya tahun pembangunan Mesjid ini pada Tgk Bileue, ia tidak mengetahuinya. “Saya tidak ingat tahun berapa Mesjid ini didirikan,”jawabnya.

Namun, setelah peserta Jelajah memantau disekitar 4 tiang Mesjid itu, ada tertulis tulisan dengan tulisan Arab Jawi. Tetapi kembali peserta dan juga Tgk Bileue itu tidak bisa membacanya. Sehingga seluruh peserta Jelajah Budaya masih bertanya-tanya tahun pembuatannya.

Sebenarnya, ada banyak kisah yang berbau mistis lainnya yang didapatkan selama berada di Aceh Selatan dalam rangka Jelajah Budaya 2012 yang difasilitasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh. Ini hanya sekelumit kisah dimiliki oleh Kabupaten Aceh Selatan yang sampai saat ini belum banyak yang membukukan kisah-kisah unik yang berbau misitis di Kabupaten penghasil Pala itu.

Comments