Kuahnya kental berisi bebek kaya dengan rempah-rempah menjadi ciri khas sajian kuliner khas di tanah Rencong. Sajian kuliner Serambi Mekkah memiliki cita rasa khas, pedas dan gurih yang mampu menggoyang lidah.
Di Aceh dikenal dengan sebutan Sie Itek. Secara harfiah Sie Itek memiliki makna Kuah Bebek, atau sering juga disebut dengan Kari Bebek. Kuliner khas Aceh yang kaya rempah-rempah tidak disajikan di semua warung nasi. Hanya warung-warung tertentu saja tersedia, sama seperti Kari Kambing hanya tersedia di warung nasi khusus.
Sie Itek secara umum memiliki dua varian, yaitu masakan merah dan putih. Masakan merah biasa cita rasa lebih pedas, karena lebih dominan penggunaan cabai merah. Sedangkan varian masakan putih tidak pedas, namun tetap terasa gurih dan enak untuk disantap.
Sajian Sie Itek memang kuliner khas Aceh yang sangat populer. Semua bumbu masak dari rempah-rempah asli Aceh. Istimewanya, bebek biasanya mengeluarkan bau anyir, tetapi masakan Sie Itek khas tanah rencong ini tidak mengeluarkan bau tak sedap, tetapi mengeluarkan wangi yang mamantik selara makan.
Memang, ada beberapa pedagang Sie Itek di Pasar Lambaro, Kabupaten Aceh Besar. Namun warung nasi Sie Itek milik Bang Nasir memiliki cita rasa khas, karena Sie Itek ada campuran batang kecombrang, dalam bahasa Aceh dikenal dengan sebutan bak kala. Campuran bak kala inilah yang membuat cita rasa Sie Itek Bang Nasir gurih dan banyak digemari pelanggan.
Aroma yang paling menonjol dihasilkan dari Sie Itek dari daun temuri (daun kari atau salam koja) dan daun pandan. Harum yang memancarkan dari Sie Itek itu juga karena ada campuran ketumbar dan jintan, dalam bahasa Aceh disebut dengan jira.
Rahasia Sie Itek khas Aceh tak mengeluarkan bau amis, karena selalu dicampurkan ketumbar dan jintan. Kedua jenis rempah ini bisa menghilang bau tak sedap itu dari bebek yang dimasak, sehingga siapapun yang mencicipinya dijamin akan ketagihan.
Pemilik Warung Nasi Bebek-Ayam Bang Nasir, Muhammad Nasir (55) mengaku selama bulan ramadan permintaan Sie Itek meningkat drastis dibandingkan bulan lain. Selama Ramadan dia menghabiskan bebek 100 ekor, sedangkan hari bulan lainnya hanya menghabiskan 50 ekor.
"Meningkat kalau bulan Ramadan, selama Ramadan hanya jual Sie Itek saja, enggak pakai nasi," kata Muhammad Nasir, Senin (21/5).
Muhammad Nasir mengaku, selama bulan Ramadan baru mulai buka pada pukul 15.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Sedangkan di luar bulan ramadan sejak pukul 05.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB dibantu oleh 14 orang pekerja.
Saat merdeka.com menyambangi lokasi memasak Sie Itek. Terlihat beberapa pekerja sedang sibuk mempersiapkan masakan. Ada yang membersihkan bumbu, mencincang bawang, cabai dan sejumlah rempah-rempah lainnya.
Sebagian lagi ada yang memotong-motong kecil bebek yang telah dibersihkan bulunya. Potongan-potongan bebek itu kemudian dicuci atau biasa disebut dengan disucikan. Setelah itu dimasukkan dalam belanga besar dan dicampur dengan bumbu yang pekerja buat sendiri.
Bagi yang tidak suka dengan Sie Itek, warung Bebek-Ayam Bang Nasir ini juga menyediakan sejumlah menu kari lainnya, juga khas Aceh. Warung Bebek-Ayam Bang Nasir turut menyediakan Sie Manok (Kari Ayam), kuah ikan payau dan daging rebus. Meskipun yang menjadi khas di warung nasi ini adalah Sie Itek.
Selama bulan Ramadan, jumlah Sie Manok, ikan payau dan daging rebus juga mengalami peningkatan. Sie Manok biasanya hanya menghabiskan 50-100 ekor, selama Ramadan meningkat menjadi 150 ekor, ikan payau juga mencapai 20 kilogram, sebelumnya hanya 10 kilogram.
Harga jual pun tergolong ekonomis, hanya dibanderol Rp 10.000 per potongnya. Baik Sie Itek, Sie Manok, daging rebus maupun ikan payau harga semua sama. Menjadi tak salah, harga yang ekonomis dan cita rasa yang gurih membuat banyak pelanggan memburu dagangan kuliner milik Bang Nasir.
Selama bulan Ramadan, Warung Nasi Bebek-Ayam Bang Nasir berhasil meraup omzet mencapai Rp 35 juta per hari. Sedangkan hari biasa, buka sejak pagi hingga malam hanya meraup omzet antara Rp 15 juta hingga Rp 20 juta perhari.
"Alhamdulillah dalam bulan puasa meningkat, ini berkah Ramadan," jelasnya.
Saat ditanya alasan banyaknya pelanggan memburu Sie Itek dan jenis kuliner lain, Nasir mengaku bumbu untuk memasak meracik sendiri, tidak ada bumbu khusus, tetapi tetap bumbu seperti orang lain masak.
"Hanya kita mencampur bak kala, baik untuk Sie Itek maupun Sie Manok," tukasnya.
Muhammad Nasir berkisah, merintis Warung Nasi Bebek-Ayam Bang Nasir ini membutuhkan proses panjang. Bahkan Bang Nasir merintis dagangannya dari berjualan sewa lapak di warung kopi milik orang lain.
Namun, saat dagangannya semakin maju pesat, banyak langganan membeli Sie Itek miliknya, sehingga pemilik warung kopi tadi tidak lagi memberikan izin berjualan.
"Kami pun pindah, pertama memang gerobak, setelah tak lagi diberi izin, kami coba buka yang tempat sekarang ini," jelasnya. [merdeka]
Comments
Post a Comment